kenapa memilih menikah muda?
Halowww..
Yee sudah 1 tahun perjalanan pernikahanku dengan suamiku tersayang Pak
parlin pasaribu.
Hmm..
Sebenarnya sudah lama mau menulis tentang perintilan-perintilan pernikahan
kami, Tapi ditulisan pertama ini aku mau nulis alasan kenapa kami memilih
menikah diusia muda :)
Aku menikah diusia 24 tahun dan suami diusia 23 tahun, yaa jangan senyum ya
hehehe
suamiku memang lebih mudah 8 bulan dariku tetapi jangan salah wajahku masih
terlihat lebih muda darinya yai :). Awal kami menikah banyak sekali yang nanya
dan sedikit heran kenapa kami menikah muda, ya tentu saja karena kami memang
memberi kejutan kepada umum tentang pernikahan kami. Kami memberitahu
orang-orang lewat media sosial di awal bulan desember, memberi tahu teman-teman
dekat di akhir oktober,padahal pernikahan telah direncanakan oleh pihak
keluarga kami di bulan juni. Dan kami berdua tentunya sudah merencanakan sudah
sejak lama.
Kami berdua diawal menjalin hubungan sudah memiliki prinsip yang sama bahwa
tujuan pacaran adalah pernikahan. Ya pernikahan bukan putus. Jadi harus
benar-benar memilih orang yang akan dijadikan pacar. Benar-benar dipersiapkan. ( BACA : bagaiamana awal pertemuan kami?). Jadilah kami memutuskan menikah di tanggal 07 januari 2017.
Alasan kami menikah muda :
1. Tujuan pacaran adalah pernikahan
Ya seperti yang sudah ku jelaskan sebelumnya, kami punya prinsip tujuan
pacaran adalah pernikahan.
Jadi untuk apa berlama-lama pacaran kalau sudah yakin kalau orang yang kita
sayangi itu adalah suami kita kelak. Jadi ya aku memantapkan hati, bahwa dia
adalah suamiku, begitu juga dengannya.
haaaseek
2. Keluarga sudah setuju
Nah ini ni.. Tepat di acara wisuda bang parlin,aku
dikenalkan kepada keluarganya. Dan yes mereka welcome (puji Tuhan Ya ), dan
karena bang parlin emang belum pernah pacaran dan katanya dia ya, dulu dia pernah
bilang ke mamanya, "dia ga akan pacaran sampai kuliah", dan kalau dia
pacaran, pacarnya itu akan jadi istrinya (yah itu aku hehehhe) dan dia buktikan,
Dan yakinlah keluarganya.
Begitu juga dengan keluargaku, karena abang ini cukup baik dan sangat
pandai merebut hati semua anggota keluargaku, dari mamak bapak sampe ke
opunglah,nantulanglah dan keluarga besar lainnya. Kok bisa kenal semua?
Ya jadi setelah aku wisuda aku mulailah berani mengajak mantan pacarku ini ke
acara-acara keluarga, pendekatan gitu, namanya juga udah yakin dia akan jadi
suami hehehe
Nah karena kedua belah pihak keluarga sudah setuju jadilah mereka pihak
yang mendesak.
Ya sejujurnya aku dan bang parlin merencanakan pernikahan di akhir 2017,
tetapi mamak bapak kami sudah menyarankan untuk menikah (faktor usia mereka
kali ya heheh). Jadilah kami memajukan jadi awal 2017.
3, Tidak ada alasan untuk kami menunda pernikahan
Ya guys, khawatir pasti ada ya. Namanya masih muda. mau nikah? Hellow??? Ah
galau. Galau. Galau.
Iya sih udah direncakan akan menikah, tapi pas diajak nikah tetap aja
degdegan. Membayangkan menikah tetap aja kayak arrghh enggak bisa aku
bayangkan.
Ya aku khawatir. Aku mau cerita ke teman tapi malu guys. Bagaimana tidak
teman-temanku masih jarang ada yang menikah khususnya teman dekatku.
Jadilah aku curhat ke emak-emak 1 gerejaku (aku lumayan punya banyak teman
emak-emak). Apa yang aku khawatirkan?
Yang pertama. Dana. Ya finansial. Bagaimana tidak kami berdua guru yang
nota bene kere. Kita ulangi KERE. Kere ya bukan kera ehehehe ( krik krik krik)
Nah ada emak-emak cerita tentang pengalaman awal pernikahan mereka, Mamakku
juga cerita tentang awal sekali mereka menikah begitu susah dan akhirnya bisa
terlewati sampai sekarang puji Tuhan masih baik-baik saja, yang walaupun tidak
kaya, paling tidak masih bisa makan hahahha dan punya kami 4 (aku,hendra diah
dan febri), mamak-mamak yang lain juga cerita hal yang sama.
By the way, mamakku langsung kick " Eh kau kok khawatir, kan kau yang
sering bilang jangan khawatir, sama mamak, kan ada Tuhan yang jaga". Iya
weei bener setelah ini dibilang lepaslah semua ke khawatiranku. Mamak memang
number one.
Yang kedua, kalau kere pasti nikahnya gak bisa kayak orang-orang yang super
mewah.
hmm.. sebagai wanita dan anak gadis cantik hahahah (maaf yee puji diri)
pastilah aku punya impian punya pernikahan bak puteri yang ada di negeri
dongeng. Tapi ya gitu aku merenung kembali. Pernikahan itu bukan ajang pamer.
Pernikahan itu kudus. Pernikahan adalah komitmen, bukan ceremony 1 hari yang
mewah kemudian hambar seumur hidup. Dalam hal ini aku sedang tidak mengatakan pernikahan mewah itu salah atau pernikahan mewah itu akan hambar. Big No. Bukan ya. Tapi lebih kepada "komitmen".
(nanti juga aku akan tulis tentang pernikahan sederhana ala aku )
pernikahan bukan menunjukan gengsi apalagi di adat batak ya. Sinamot bagi anak
perempuan is number one. Sinamot seolah menggambarkan status sosial si wanita
dan keluarga si wanita. Sampai dulu ada lho yang keceplosan bilang sinamotku
kemurahan (buat nyesek dalam hati), Ya sedangkal itu memang. Tapi tidak bisa
kita salahkan yaa tapi tidak harus kita ikuti bukan??? Ada orang tidak atau menunda menikah karena
sinamot kurang. Ada orang sudah lama sekali pacaran tapi tidak mau menikah
karena uang belum cukup menggelar pesta adat yang mewah. Ya itu memang pilihan
seseorang. Sampai ada juga yang sempat viral di 2017 yang lalu tentang gagalnya pernikahan
karena mertua yang terlalu nyinyir dengan calon parumaennya (menantu) tentang
perhiasanya yang setipis sangge-sangge. Ya itulah memang kenyataanya.
Tak heran kalau ke pesta, sering kali kita mendengar komentar bisik-bisik
tentang penampilan si pengantin, mulai dari kain baju pengantinnya,emas yang
digunakannya, make upnya, sepatunya sampe ke ulos-ulos yang dikasih keluarga
juga dikomentari. Dan mirisnya yang muncul sering komentar negatif. Aku sebagai
wanita pastilah juga ingin punya pernikahan yang mewah, tetapi aku berusaha
membuang egois dan gengsiku. Untuk sesuatu yang kudus tak perlu gengsi dan
kemewahan. Dan aku tidak mau memaksakan sesuatu yang sebenarnya aku tak mampu hanya untuk dipandang wow. apalagi di zaman milenial ini, semua harus instagramable kayaknya, jadi standart pernikahan juga harus wow. Aku harus buang itu. Sulit memang. tapi aku merenung kembali, Tuhan yesus sudah cukup untuk menjadi teladan kesederhanaan bagiku.
Dia yang anak Allah saja lahir di kandang domba, apalah aku yang hanya manusia
biasa.
Dan paling penting aku semakin menerima bahwa pernikahan bukan tentang
mewahnya acara tetapi tentang komitmen untuk hidup bersama,saling melengkapi
dan mengisi didalam kasih kudus, Pernikahan kudus. "Demikianlah mereka
bukan lagi dua,melainkan satu. karena itu, apa yang telah dipersatukan
Allah, tidak boleh diceraikan manusia" (matius 19:6)
2 comments
menurutku itu tidak menikah muda soalnya menurut BKKBN menikah muda ketika kedua pasangan masih berumur belia 18- 21 th dan pemikiran belum matang ditunjukan dari jenjang pendidikanya , namun kakak uda melewati itu
REPLYhehehe iya dek. benar.
REPLYkaka bilang gtu, karena perasaan kakak masih muda hehehe.
dan pada saat menikah itu, kebanyakan teman kakak belum menikah hehehe
terimakash untuk komentar dan masukannya :)