Rabu, 23 September 2020
Namanya Via
Si gadis kecil berbando warna-warni
Tampak berjalan sendiri tidak ada yang menemani
Rambut pendek sebahu, hitam dan tak beraturan
Matanya besar, berbinar dan penuh dengan harapan
Pipi kemerahan terkena terik sinar mentari
Ah, dari bibirnya terlihat dia sedang menahan dehidrasi
Dia berjalan pelan dengan tas lusuh pemberian kakeknya
Seragam kumal tampak kebesaran di badannya
Hmm.. Via melihat ke arah taman kanak-kanak
Tatapan nanar ingin turut serta memainkan ayunan
Dilihatnya ke arah taman kanak-kanak
Anak-anak bermain dengan gembira
Via berjalan sendirian tertunduk meredam impian
Via melihat ke atas
Ah teriknya mentari membuatnya menyipitkan sedikit matanya
Silau
Via terus berjalan
Berlari-lari ia di dalam angan yang tak terbatas
Menikmati setiap dendangan keriangannya di dalam angan
Akankah Via menggapainya?
Sabtu, 29 Agustus 2020
Menikah muda itu asyik ga sih??? Yang mau menikah wajib tahu??!!
Eitsss.....
Jangan ngebatin dulu baca judulnya, baca sampai habis ya !!
Waktu itu aku dan suamiku menikah di usia 24 tahun, suamiku bahkan masih 23 tahun. Memang ini tidak muda bagi sebagian orang dan menurut menurut undang-undang , usia kami menikah tergolong sudah sangat boleh untuk menikah karena usia perkawinan itu berada di umur 19 tahun. Namun, bagiku secara pribadi itu masih tergolong muda. Pada waktu itu bahkan masih sedikit teman seusiaku yang menikah. Namun, aku dan suamiku sudah merasa pantas dan mampu melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan.
Eiits....
Tulisan ini ditulis untuk teman-teman yang sedang berpikir melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan. Tapi, Tunggu dulu, tulisan ini juga bukan tulisan untuk mengajak kalian menikah muda ya. Tidak. Tidak. Sekali lagi, Tidak.
Pokoknya simak baik-baik dah tulisan ini sampe abis (Maksa hahaha)
Hmm..untuk yang sudah menikah juga boleh deeeng hehehe, tapi ingat ya, tulisan ini bukan untuk menggurui. Aku menulis ini semata untuk berbagi pengalaman.
Aku mau cerita pengalaman kami menikah di usia yang tergolong masih muda karena belum di tahap yang mapan. Saat itu,alasan kami memilih untuk menikah muda karena merasa sudah mendapatkan pasangan yang pas. Sudah merasa sangat cocok dan memang dari awal berpacaran kami sudah menyatukan prinsip bahwa tujuan kami berpacaran adalah menikah, keluarga kami sudah setuju dan ya tidak ada alasan untuk kami menunda pernikahan semua mendukung, semua setuju. Pernah aku tulis di sini.
Apakah aku menyesal menikah muda? Tidak. Apakah semua berjalan mulus? Tentulah TIDAK. Apakah menikah itu menyenangkan? Tentulah menyenangkan apabila menikah dengan orang yang tepat. Apakah pernikahan itu bahagia? Tentu ada suka dan dukanya.
Menikah adalah menyatukan dua jiwa, dua hati, dua karakter, dua keluarga, dua prinsip, dua isi kepala yang berbeda dengan sebuah komitmen yang harus dijaga seumur hidup. Jadi, tentulah dalam setiap pernikahan pasti ada masalahnya. Namanya menyatukan dua orang yang berbeda. Tidak ada yang adem ayem. Santai kayak di pantai. Yaah itulah hidup.
Nah, pertanyaannya. Apakah kamu yakin bisa melewati itu dengan calon pasanganmu? Apakah kamu siap melewati setiap permasalahan itu dengan orang yang saat ini jadi pacarmu atau dengan orang yang dengannya kamu akan hidup bersama, berdiskusi, menyelesaikan masalah dan membangun rumah tangga? Nah, ini yang harus selalu direnungkan. Pernikahan tidak semenyenangkan dan tak seindah foto prawedding yang berseliweran di instagrammu. Pernikahan tidak se-aestetik video sinematik karya videografer ternama. Jadi, plis sebelum menikah coba renungkan pertanyaan di atas.
Aku akan menceritakan pengalamanku menikah. (Ah elah Ve, dari tadi katanya mau cerita tapi malah suruh kami berpikir hahaha).
Pernikahan kami sudah jalan tahun ke-4. Menurut pengalaman kami, tahun pertama dan kedua pernikahan kami adalah masa-masa paling sulit (dan perlu diingat pengalaman setiap orang berbeda ya). Masa-masa itu adalah masa di mana kami belajar untuk mengesampingkan ego. Masa-masa di mana kami belajar untuk terus belajar mengomunikasikan sesuatu dengan baik. Masa-masa di mana kami sering sekali bertengkar. Masa di mana kami harus survive karena masalah finansial. Nah, ini dia risiko dan tantangan menikah muda, BELUM MAPAN dan belum banyak belajar dari pengalaman. Apalagi waktu itu tidak banyak yang berbagi pengalaman kepadaku (Untuk itulah aku sharing di sini). Masa itu adalah masa di mana kami banyak gagal. Aku pernah cerita di sini . Perlu diketahui juga bahwa masalah setiap rumah tangga berbeda-beda.
Tahun 2018 adalah tahun yang sulit bagiku dan suamiku. Sulit, tetapi banyak mengajarkanku pelajaran kehidupan. Banyak sekali membentuk aku dan suamiku. Belajar ilmu ikhlas, belajar mengalah, belajar berkomunikasi, belajar menjadi tenang dan banyak lagi. Dan itu tidaklah instan.
Tahun 2019 adalah turning point kehidupanku dan benar memang hingga sampai saat ini aku dan suamiku semakin jarang bertengkar dan beradu mulut. Hari ke hari aku semakin belajar mengenalnya, dia pun begitu, kami terus saling mencintai dan belajar untuk terus begitu. Apakah masalah kami tidak ada sehingga kami tidak pernah bertengkar lagi? Oh tentu tidak. Namanya pernikahan tentulah ada masalah di dalamnya. Bedanya adalah dulu kalau ada masalah, diributkan, saling menyalahkan, berkomunikasi dengan nada tinggi dan sulit mengalah sehingga titik temu sulit ditemukan. Saat ini ketika ada masalah, kami belajar untuk mengomunikasikannya dengan baik, fokus ke solusi, belajar untuk tenang dan lebih tahu bagaimana harus bersikap saat ada pihak yang sedang tidak dalam kondisi yang baik.
Aku dan suamiku banyak belajar dari dua tahun awal pernikahan kami. Kami menyadari bahwa 2 jiwa ini tidak akan pernah bisa cocok, tetapi 2 jiwa ini bisa belajar saling mengkapi, bisa belajar saling memahami dan menerima perbedaan, dan akan terus belajar seumur hidup. Tuhan sedang membentuk kami. Dua anak muda yang memasuki dunia baru sedang diajar dan diuji untuk naik level. Dua anak muda sedang diajar bahwa pernikahan itu tidak mudah. Pernikahan itu bukan sedang bermain peran dalam permainan rumah-rumahan. Pernikahan tidak seindah foto prawedding. Pernikahan tidak hanya tentang sukacita. Di dalamnya pasti ada suka dan duka, ada ribut dan rukun, ada masalah dari luar dan dari dalam. Semua tergantung bagaimana kedua belah pihak menyikapinya. Itulah kenapa penting bagi kita untuk benar-benar dalam memilih pasangan hidup karena resikonya seumur hidup karena tentu tidak ada pasangan menikah yang merencanakan perceraikan.
Tidak terbayangkan olehku, bagaimana kehidupanku apabila menikah dengan orang yang salah. Bagaimana aku harus melewati masa sulit pernikahan dengan orang yang tidak bisa diajak berdiskusi. Bagaimana aku melewati kehidupan dengan orang yang tidak sevisi denganku atau dengan orang yang tidak mau belajar dari pengalaman dan yang selalu saja saling menyalahkan. Poin ini menjadi sebuah renungan untuk aku dan suamiku dalam bersyukur untuk saling memiliki dan saling mengasihi hingga saat ini.
Kembali ke pertanyaan di atas. Dengan semua masalah di atas, apakah aku menyesal menikah? lagi aku menjawab tentu TIDAK.
Apakah aku mengajak kalian menikah muda ? Tentu tidak. Aku tidak mengajak kalian, tetapi aku mau bilang ini:
Teruntuk kamu hai temanku yang sedang berpikir ke jenjang pernikahan dan temanku yang saat ini sudah menikah dan sedang mengalami masa yang sulit, peluk jauh untuk semuanya. Pernikahan itu bukan main rumah-rumahan. Ada yang berperan sebagai istri yang tampak cantik dan manis di rumah menyajikan makanan enak, ada peran sebagai suami yang bekerja membawa uang yang banyak. Menikah itu komitmen. Menikah bukan tentang menikah muda dan menikah tua, bukan tentang cepat dan lama. Menikah itu tentang KESIAPAN. Kamu siap? Yakin? Lanjutkan. Ketika kamu juga sudah menyatakan SIAP, apakah kamu sudah merenungkan perjalanan yang tidak mulus? SIAP? Ketika kamu menyatakan SIAP artinya kamu siap untuk segala kondisi. Janji pernikahan bukan hanya sebuah kalimat mutiara romantis formalitas semata (Saat aku menulis ini, aku juga sedang berkata pada diriku sendiri). Itu adalah ikrar dan komitmen. Siap untuk selalu setia, siap dalam keadaan punya dan tidak punya uang, siap dalam sehat dan sakit, siap mencari solusi apabila ada masalah, siap menurunkan ego saat keadaan mulai memanas, siap bekerja lebih keras untuk mencukupi kebutuhan keluarga, siap untuk belajar mengenal pasangan seumur hidup. Siap untuk mengasihi walapun tersakiti. Siap untuk memaafkan.
Saat aku menulis ini, aku juga sedang berkata pada diriku sendiri, sedang merenungkan perjalanan pernikahan kami dan merenungkan kebaikan Tuhan. Suatu hari tulisan ini akan menjadi pengingat buat kami saat sedang melewati masa sulit lagi. Usia pernikahan kami masihlah muda dibandingkan yang lain. Namun, usia pernikahan bukanlah penghalang untuk aku berbagi cerita. Aku tidak sedang menggurui hanya berbagi sedikit pengalaman dan pikiran. Aku berharap tulisan ini berguna untuk kamu yang membaca.
Jumat, 19 Juni 2020
It's Ok to be NOT OK
Judulnya sudah familiar ya? Ya itu adalah quotes yang sudah banyak orang tahu, tetapi banyak juga yang melupakannya.
Kita sering denial dengan perasaan kita. Orang sekeliling kita juga sering kali tidak menerima kondisi kita yang sedang tidak baik-baik saja. "Halah, banyak orang yang lebih susah hidupnya dari kamu!" katanya.
"Masalahmu itu tidak seberapa dibandingkan dengan orang lain, lihat si Anu, dia bla bla bla bla" Tambahnya lagi. kadang kalau menerima sambutan begini kita jadi semakin malas melanjutkan percakapan. Aku merasa masalahku dikecilkan. Hmmm, ya karena memang kita denial sama emosi sedih, marah, dan kecewa. Hal ini tidak jarang membuat kita malah merasa sendiri, kesepian dan tidak ada yang peduli. It's Ok to be not Ok.
Kembali ke kondisi hatiku yang ku ceritakan di awal. Aku sedang tidak baik-baik saja.
Bagi sebagian orang aku di kenal sebagai si Vera yang ceria, si Vera yang suka tertawa. Aku sering menguatkan orang dari cerita-ceritaku, dan membangun image yang strong. Namun, aku tetaplah manusia yang sewaktu-waktu bisa up and down. It's ok.
Emangnya kamu kenapa sih?
Ntah apa nama perasaan ini, semuanya menari-nari di kepalaku. Apa ini yang dinamakan overthinking ?
Ntahlah.
Tiba-tiba aku menangis sampai tersedu-sedu.
Aku berusaha mengalihkan perhatianku ke hal yang lain, HP misalnya, Media Sosial. Tetapi ah itu tidak membantu. Malah aku semakin pusing dibuatnya.
Tidak bisa dipungkiri memang aku sedang punya pergumulan yang aku tidak mau cerita di sini. Ada rasa di mana aku gagal. Ada rasa di mana aku tidak punya solusi atas masalahku. Ada rasa di mana seolah tidak akan ada yang paham dengan kondisiku (sekalipun suamiku terus berusaha menolongku). Ada rasa seperti tidak ada yang peduli. Mungkin saja sebenarnya kondisi itu tidak nyata, aku yang membentuknya di imajinasi kita yang menari-nari di kepala. Ada rasa menyalahkan diri sendiri.
Aku menulis ini bukan untuk memamerkan masalahku, tidak sama sekali. Itu kenapa aku tidak menceritakan masalahku, tetapi berbagi rasa.
Aku menulis ini untuk self-healing.
Tiba-tiba aku menangis sampai tersedu-sedu.
Aku berusaha mengalihkan perhatianku ke hal yang lain, HP misalnya, Media Sosial. Tetapi ah itu tidak membantu. Malah aku semakin pusing dibuatnya.
Tidak bisa dipungkiri memang aku sedang punya pergumulan yang aku tidak mau cerita di sini. Ada rasa di mana aku gagal. Ada rasa di mana aku tidak punya solusi atas masalahku. Ada rasa di mana seolah tidak akan ada yang paham dengan kondisiku (sekalipun suamiku terus berusaha menolongku). Ada rasa seperti tidak ada yang peduli. Mungkin saja sebenarnya kondisi itu tidak nyata, aku yang membentuknya di imajinasi kita yang menari-nari di kepala. Ada rasa menyalahkan diri sendiri.
Aku menulis ini bukan untuk memamerkan masalahku, tidak sama sekali. Itu kenapa aku tidak menceritakan masalahku, tetapi berbagi rasa.
Aku menulis ini untuk self-healing.
Aku mempublish ini untuk kamu-kamu yang sedang dalam kondisi yang sama denganku saat ini. Kamu tidak sendiri.
Nikmati saja kesedihanmu saat ini. Kita tidak selamanya dalam kondisi yang prima. Kita tidak selamanya bisa menampilkan diri kita yang sedang baik-baik saja seperti yang kebanyakan ditampilkan di media sosial. Ini hidup, ada up and downnya. Ada masa di mana kita tidak baik-baik saja, dan itu normal.
Namun, jangan berlama-lama. Nikmati kesedihanmu dan segeralah bangkit. Menangislah sejadi-jadinya, rasakan saja kesedihanmu. Puaskan air matamu mengalir. Menangislah dalam doamu yang tanpa kata. Setelahnya, tarik napasmu, tenangkan dirimu, tersenyumlah pada dirimu, katakan "Aku berharga". Aku tahu itu tidaklah mudah, tidak apa-apa.
Perjuangan ini adalah bagian indah dari dari cerita hidupmu.
Sebuah cerita yang menarik adalah cerita yang dibangun dengan konflik yang kuat. Mungkin saat ini kita ada dalam bagian itu. Tidak apa-apa. Mari berpelukan dari jauh.
Kamu berharga, Kamu dikasihi oleh-Nya.
Perjuangan ini adalah bagian indah dari dari cerita hidupmu.
Sebuah cerita yang menarik adalah cerita yang dibangun dengan konflik yang kuat. Mungkin saat ini kita ada dalam bagian itu. Tidak apa-apa. Mari berpelukan dari jauh.
Kamu berharga, Kamu dikasihi oleh-Nya.
Perjalanan pertengahan 2020 (Semua akan baik-baik saja)
Tidak terasa sudah di pertengahan tahun 2020. Hai apa kabar resolusi? Tahun 2020 ini memiliki cerita tersendiri. Apakah "Keajaiban" yang ku harapkan akan terwujud? atau sebelum mempertanyakan itu, aku harus bertanya, keajaiban apa sebenarnya yang aku harapkan?
2020. Tahun ini adalah tahun penuh misteri. Ya. Itulah hidup penuh dengan misteri. di pertengahan 2020 ini, ada banyak rencana yang batal. Aku rasa itu untuk banyak orang. Bagaimana tidak, Wabah COVID-19 memporakporandakan dunia. Dari awal Maret Indonesia sudah terkena wabahnya. Di Kota Medan sekitar tanggal 20-an sekolah-sekolah melakukan proses belajar mengajar dari rumah, kantor banyak yang melakukan sistem Work From Home. Artinya ada banyak pekerjaan yang harus ditunda bahkan dibatalkan pelaksanaannya.
2020. Tahun ini adalah tahun penuh misteri. Ya. Itulah hidup penuh dengan misteri. di pertengahan 2020 ini, ada banyak rencana yang batal. Aku rasa itu untuk banyak orang. Bagaimana tidak, Wabah COVID-19 memporakporandakan dunia. Dari awal Maret Indonesia sudah terkena wabahnya. Di Kota Medan sekitar tanggal 20-an sekolah-sekolah melakukan proses belajar mengajar dari rumah, kantor banyak yang melakukan sistem Work From Home. Artinya ada banyak pekerjaan yang harus ditunda bahkan dibatalkan pelaksanaannya.
Aku sendiri pada akhirnya harus WFH karena aku adalah guru. Rencana belajar yang telah disusun oleh sekolah untuk dilaksanan otomatis berganti. Sistem pengajaran berganti, ini membuat banyak pihak kesulitan di awal. Semua struggling dengan sistem baru ini. Aku sebagai guru juga mengalami kesulitan mengajar online, mengajar via whatsapp, lalu berganti lagi dengan pertemuan zoom dan google class room. Tahu dong gimana perjuangan para guru-guru memahamkan dan memperkenalkan sistem ini pada orang tua dan juga siswa dengan segala pertanyaan dan complainnya. Hiuuuh. Namun, ga bisa dipungkiri orang tua siswa pasti juga sangat amat struggling dengan ini. Beberapa orang tua bahkan bercerita bahwa kesulitan dengan WFH. Di mana ia harus mengurus rumah, harus WFH dan harus mengurus anaknya yang School from home. Kebayang sih lelahnya. Aku rasa karyawan lain juga pasti berjuang sekali beradaptasi dengan WFH ini. Belum lagi bekerja di rumah itu tidak seindah yang dibayangkan, harus bisa membagi waktu kerja dengan family time. Namun, sesulit-sulitnya WFH dan sebosan-bosannya di rumah, lebih sulit lagi bagi mereka yang terpaksa di PHK karena wabah ini. Banyak perusahaan yang mengalami penurunan omset, banyak pedagang kecil yang kehilangan pendapatannya. ah 2020.
Banyak rencana yang batal. Rencana mudik, rencana liburan, atau rencana-rencana yang lain (Peluk jauh kalian semua).
Kami sendiri juga punya plan besar yang terpaksa harus ditunda pelaksanaanya. Hal itu adalah hal yang kami sangat nantikan, yang hasilnya akan menentukan ke mana kami harus melangkah.
Namun, bersabarlah hati, Tuhan tahu yang terbaik.
Ya, 2020 ini banyak mengajarkanku arti dari berserah. 2020 ini mengingatkanku bahwa manusia hanya bisa berencana, Tuhan yang menentukan. 2020 mengajarkanku bahwa aku bukanlah apa-apa dibandingkan kuasaNya yang begitu besar, aku tidak punya kendali penuh akan diriku karena Tuhan yang mengatur semuaNya.
Kami sendiri juga punya plan besar yang terpaksa harus ditunda pelaksanaanya. Hal itu adalah hal yang kami sangat nantikan, yang hasilnya akan menentukan ke mana kami harus melangkah.
Namun, bersabarlah hati, Tuhan tahu yang terbaik.
Ya, 2020 ini banyak mengajarkanku arti dari berserah. 2020 ini mengingatkanku bahwa manusia hanya bisa berencana, Tuhan yang menentukan. 2020 mengajarkanku bahwa aku bukanlah apa-apa dibandingkan kuasaNya yang begitu besar, aku tidak punya kendali penuh akan diriku karena Tuhan yang mengatur semuaNya.
Untukmu yang rencananya ditunda.
Untukmu yang rencanya batal.
Untukmu yang kehilangan kesempatan.
Untukmu yang harus kehilangan pekerjaan.
Untukmu yang rencanya batal.
Untukmu yang kehilangan kesempatan.
Untukmu yang harus kehilangan pekerjaan.
Untukmu yang harus menunggu.
Untukmu yang harus bersabar lebih lagi.
Kamu tidak sendiri.
Semua akan baik-baik saja.
Untukmu yang harus bersabar lebih lagi.
Kamu tidak sendiri.
Semua akan baik-baik saja.
Minggu, 09 Februari 2020
Hai 2020, Bye 2019. Aku siap melangkah.
2019......
Gak terasa udah di penghujung akhir tahun. Bagaimana resolusimu?
Akhir tahun saatnya evaluasi diri, Coba lihat lagi daftar resolusimu, gimana? Banyak yang tercapai? Atau banyak yang gak tercapai? Kalau banyak yang gak tercapai, tenang jangan sedih, emang gak semua yang kita rencanakan, yang kita harapkan harus tercapai. Semuanya atas izin-Nya.
Kalau aku sendiri, seperti kebanyakan orang ya, ada yang tercapai dan ada yang tidak.
Di tulisan ini aku mau cerita-cerita tentang perjalan tahun 2019 ini. Di awal tahun kemarin aku menulis juga tentang perjalanan hidup 2018 yang hiuuh, dan ditulisan itu aku memberikan istilah untuk semua harapan di 2019, yaitu Tahun Harapan Baru. Tidak salah aku memberikan sebuah istilah untuk tahun ini, karena tahun 2019 ini adalah Tahun Harapan baru bagi kami.
Kami mengawali tahun ini dengan sebuah harapan yang baru setelah melewati tahun 2018 yang benar-benar mengguncang jiwa. Ada banyak kegagalan yang terjadi di tahun 2018 yang membuatku dan suami down. Kami mengakhiri tahun 2018 bermodalkan harapan. Belajar untuk tidak khawatir dan berserah. Kami gak tahu akan seperti apa kehidupkan kami karena tahun 2019 di mulai dari NOL lagi. Bayangkan saudara-saudara, ada banyak lamaran kerja yang kami jatuhkan dan itu gagal di tahap akhir, dan banyak kegagalan-kegagalan lainnya. Jujur saja, itu membuat kami takut untuk memulai dan berharap. Namun, aku dan suamiku selalu saling mengingatkan untuk tidak khawatir dan takut. Di tengah hidup yang seperti tidak ada harapan, kami memilih untuk melangkah ke depan dengan penuh harapan. Kami memulai sebuah perjuangan di tahun 2019.
2019, kami memulai dengan semangat. Tahun ini ada banyak pelajaran yang berharga yang bisa ku dapatkan. Kalau tahun lalu penuh kegagalan dan membuat kami hampir putus asa, dan memandang Tuhan tidak adil, tahun ini Dia berkata seolah ingin membuktikan bahwa sangat mudah bagi-Nya untuk memberikan apa yang kami mau, tetapi Tuhan punya waktu yang sangat tepat. Tidak terlambat dan tidak pula terlalu cepat.
Tahun ini aku diizinkan untuk mendapatkan pekerjaan yang aku inginkan. Tahun lalu, aku ingin bekerja di sekolah, bimbingan belajar, dan privat les. Tahun ini, Tuhan memberikannya dengan sangat mudah. Bahkan aku pernah mengerjakannya sekaligus di awal tahun, yang pada akhirnya mengajar les privat aku tinggalkan karena aku kewalahan mengerjakan semuanya sekaligus. Aku mendapatkan pekerjaan baru dengan sangat tidak disangka diterima di beberapa sekolah yang sudah lama aku inginkan, sampai aku kewalahan memilihnya. Tahun ini aku diajarkan untuk berhikmat dalam mimilih. Sampai akhirnya aku memilih sekolah tempat aku mengajar sekarang. Bukan kebetulan aku ada disini saat ini. Memiliki pekerjaan baru, yang sebenarnya diluar dari apa yang aku pelajari kuliah. Mengajar tingkatan yang berbeda dengan pekerjaanku sebelumnya, Mengajar SD, ya aku mengajar SD, dan aku sangat menikmatinya. Memiliki teman-teman baru, dengan karakter yang baru, dan dari latar belakang yang berbeda-beda. Aku bersyukur atas semua ini.
Satu hal yang tidak ketinggalan, sebelum melewati ini semua, dipertengahan tahun ini aku sempat menekuni usaha berjualan pakaian bekas online, kami hidup dari hasil penjualan itu, dan Tuhan cukupkan semuanya. Tuhan memelihara hidupku. Mungkin saja, di luar sana ada orang-orang yang memandangku sebelah mata dan berujar "percuma sarjana, tapi berjualan pakaian bekas". Aku tak menghiraukan itu. Aku terus saja menggelutinya, karena aku tahu, saat itu Tuhan memberiku rezeki lewat berjualan saat itu.
Tahun ini memang berbeda dengan tahun lalu, kalau tahun lalu aku banyak bergelut di rumah, menjadi full time wife, tahun ini aku menjadi working wife, berangkat sebelum mata hari terbit, dan pulang setelah mata hari terbenam. Hal itu di mulai sejak pertengahan tahun , aku mengajar di sekolah dan mengajar di bimbel hingga malam. sampai di bulan Oktober, aku memutuskan untuk resign dari bimbingan belajar. untuk resign dari sana, bukanlah hal yang mudah bagiku, karena aku sangat mengasihi siswaku di bimbingan belajar, dan menikmati pekerjaanku disana. Namun, tetap saja, hidup adalah pilihan. Kondisi kesehatanku juga harus aku pikirkan. Benar saja, setelah aku resign, selang beberapa hari, kondisi kesehatanku drop. Aku tiba-tiba kedinginan dan demam tinggi, untung saja tidak sampai di opname di rumah sakit, hanya perlu bed rest beberapa hari di rumah.
Ya, Tahun ini aku diajarkan untuk tegas dalam memilih. Untuk berhikmat dalam memilih. Haah ada-ada saja, tahun lalu aku down karena ada banyak hal yang gagal, dan tahun ini rasanya semua berdatangan sampai aku yang kewalahan. Ada-ada saja cara Tuhan mengasihiku dan mengajariku.
Tahun ini aku juga banyak mengembangkan diri, lewat membaca buku ( yaah walau tidak ada buku yang benar-benar sampai habis ku baca), lewat ikut beauty class, concern belajar banyak hal tentang hidup minimalist, hidup berkesadaran, dan gaya hidup sehat. Di awal tahun aku sering banget posting resep smoothies di instagram, walau di akhir tahun aku sudah gak sempat lagi sering-sering posting content karena rasanya waktuku sudah habis untuk mengajar, ini juga alasan kenapa aku jarang nulis blog hehehhe. Dan satu hal lagi yang berhasil aku kerjakan tahun ini adalah harapanku les conversation terwujud. Yay.
Kenapa sih aku harus belajar ini dan itu?
Rasanya perlu satu tulisan khusus untuk ini hahaha
Singkatnya begini, selama aku masih muda, masih punya energi, masih punya kesempatan, aku mau terus belajar, dan berkarya. Bahkan jika suatu hari aku sudah memiliki anak. Menikah dan berkeluarga tak akan menghalangi aku belajar banyak hal. Belajar tidak harus di kelas formal, belajar memasak kue juga termasuk belajar, belajar parenting saat belum punya anak, why not?. Belajar Bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya juga, it's ok.
Tahun 2019 banyak memberikan pelajaran hidup bagiku. Aku melihat bagaimana Tuhan bekerja secara nyata dalam hidupku. Membuat sebuah keyakinan untuk tidak perlu khawatir. Pelajaran bahwa Tuhan menyertaiku. Aku ga perlu takut.
Gak terasa udah di penghujung akhir tahun. Bagaimana resolusimu?
Akhir tahun saatnya evaluasi diri, Coba lihat lagi daftar resolusimu, gimana? Banyak yang tercapai? Atau banyak yang gak tercapai? Kalau banyak yang gak tercapai, tenang jangan sedih, emang gak semua yang kita rencanakan, yang kita harapkan harus tercapai. Semuanya atas izin-Nya.
Kalau aku sendiri, seperti kebanyakan orang ya, ada yang tercapai dan ada yang tidak.
Di tulisan ini aku mau cerita-cerita tentang perjalan tahun 2019 ini. Di awal tahun kemarin aku menulis juga tentang perjalanan hidup 2018 yang hiuuh, dan ditulisan itu aku memberikan istilah untuk semua harapan di 2019, yaitu Tahun Harapan Baru. Tidak salah aku memberikan sebuah istilah untuk tahun ini, karena tahun 2019 ini adalah Tahun Harapan baru bagi kami.
Kami mengawali tahun ini dengan sebuah harapan yang baru setelah melewati tahun 2018 yang benar-benar mengguncang jiwa. Ada banyak kegagalan yang terjadi di tahun 2018 yang membuatku dan suami down. Kami mengakhiri tahun 2018 bermodalkan harapan. Belajar untuk tidak khawatir dan berserah. Kami gak tahu akan seperti apa kehidupkan kami karena tahun 2019 di mulai dari NOL lagi. Bayangkan saudara-saudara, ada banyak lamaran kerja yang kami jatuhkan dan itu gagal di tahap akhir, dan banyak kegagalan-kegagalan lainnya. Jujur saja, itu membuat kami takut untuk memulai dan berharap. Namun, aku dan suamiku selalu saling mengingatkan untuk tidak khawatir dan takut. Di tengah hidup yang seperti tidak ada harapan, kami memilih untuk melangkah ke depan dengan penuh harapan. Kami memulai sebuah perjuangan di tahun 2019.
2019, kami memulai dengan semangat. Tahun ini ada banyak pelajaran yang berharga yang bisa ku dapatkan. Kalau tahun lalu penuh kegagalan dan membuat kami hampir putus asa, dan memandang Tuhan tidak adil, tahun ini Dia berkata seolah ingin membuktikan bahwa sangat mudah bagi-Nya untuk memberikan apa yang kami mau, tetapi Tuhan punya waktu yang sangat tepat. Tidak terlambat dan tidak pula terlalu cepat.
Tahun ini aku diizinkan untuk mendapatkan pekerjaan yang aku inginkan. Tahun lalu, aku ingin bekerja di sekolah, bimbingan belajar, dan privat les. Tahun ini, Tuhan memberikannya dengan sangat mudah. Bahkan aku pernah mengerjakannya sekaligus di awal tahun, yang pada akhirnya mengajar les privat aku tinggalkan karena aku kewalahan mengerjakan semuanya sekaligus. Aku mendapatkan pekerjaan baru dengan sangat tidak disangka diterima di beberapa sekolah yang sudah lama aku inginkan, sampai aku kewalahan memilihnya. Tahun ini aku diajarkan untuk berhikmat dalam mimilih. Sampai akhirnya aku memilih sekolah tempat aku mengajar sekarang. Bukan kebetulan aku ada disini saat ini. Memiliki pekerjaan baru, yang sebenarnya diluar dari apa yang aku pelajari kuliah. Mengajar tingkatan yang berbeda dengan pekerjaanku sebelumnya, Mengajar SD, ya aku mengajar SD, dan aku sangat menikmatinya. Memiliki teman-teman baru, dengan karakter yang baru, dan dari latar belakang yang berbeda-beda. Aku bersyukur atas semua ini.
Satu hal yang tidak ketinggalan, sebelum melewati ini semua, dipertengahan tahun ini aku sempat menekuni usaha berjualan pakaian bekas online, kami hidup dari hasil penjualan itu, dan Tuhan cukupkan semuanya. Tuhan memelihara hidupku. Mungkin saja, di luar sana ada orang-orang yang memandangku sebelah mata dan berujar "percuma sarjana, tapi berjualan pakaian bekas". Aku tak menghiraukan itu. Aku terus saja menggelutinya, karena aku tahu, saat itu Tuhan memberiku rezeki lewat berjualan saat itu.
Tahun ini memang berbeda dengan tahun lalu, kalau tahun lalu aku banyak bergelut di rumah, menjadi full time wife, tahun ini aku menjadi working wife, berangkat sebelum mata hari terbit, dan pulang setelah mata hari terbenam. Hal itu di mulai sejak pertengahan tahun , aku mengajar di sekolah dan mengajar di bimbel hingga malam. sampai di bulan Oktober, aku memutuskan untuk resign dari bimbingan belajar. untuk resign dari sana, bukanlah hal yang mudah bagiku, karena aku sangat mengasihi siswaku di bimbingan belajar, dan menikmati pekerjaanku disana. Namun, tetap saja, hidup adalah pilihan. Kondisi kesehatanku juga harus aku pikirkan. Benar saja, setelah aku resign, selang beberapa hari, kondisi kesehatanku drop. Aku tiba-tiba kedinginan dan demam tinggi, untung saja tidak sampai di opname di rumah sakit, hanya perlu bed rest beberapa hari di rumah.
Ya, Tahun ini aku diajarkan untuk tegas dalam memilih. Untuk berhikmat dalam memilih. Haah ada-ada saja, tahun lalu aku down karena ada banyak hal yang gagal, dan tahun ini rasanya semua berdatangan sampai aku yang kewalahan. Ada-ada saja cara Tuhan mengasihiku dan mengajariku.
Tahun ini aku juga banyak mengembangkan diri, lewat membaca buku ( yaah walau tidak ada buku yang benar-benar sampai habis ku baca), lewat ikut beauty class, concern belajar banyak hal tentang hidup minimalist, hidup berkesadaran, dan gaya hidup sehat. Di awal tahun aku sering banget posting resep smoothies di instagram, walau di akhir tahun aku sudah gak sempat lagi sering-sering posting content karena rasanya waktuku sudah habis untuk mengajar, ini juga alasan kenapa aku jarang nulis blog hehehhe. Dan satu hal lagi yang berhasil aku kerjakan tahun ini adalah harapanku les conversation terwujud. Yay.
Kenapa sih aku harus belajar ini dan itu?
Rasanya perlu satu tulisan khusus untuk ini hahaha
Singkatnya begini, selama aku masih muda, masih punya energi, masih punya kesempatan, aku mau terus belajar, dan berkarya. Bahkan jika suatu hari aku sudah memiliki anak. Menikah dan berkeluarga tak akan menghalangi aku belajar banyak hal. Belajar tidak harus di kelas formal, belajar memasak kue juga termasuk belajar, belajar parenting saat belum punya anak, why not?. Belajar Bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya juga, it's ok.
Tahun 2019 banyak memberikan pelajaran hidup bagiku. Aku melihat bagaimana Tuhan bekerja secara nyata dalam hidupku. Membuat sebuah keyakinan untuk tidak perlu khawatir. Pelajaran bahwa Tuhan menyertaiku. Aku ga perlu takut.
Aku tahu, namanya hidup ada up and down. Ada saat dimana kita kuat dan ada saat dimana kita butuh dikuatkan. Namun, tahun ini aku belajar bahwa Tuhan punya daulat atas hidupku. Entah itu susah dan senang, sedih dan bahagia, mengikhlaskan atau menerima, Dia tahu apa yang aku perlu.
Kalau tahun 2019 adalah tahun harapan baru, tahun 2020 ini adalah tahun keajaiban. Entah keajaiban apa yang akan datang, entah dalam bentuk apapun itu, tapi aku mengimani bahwa 2020 akan ada banyak keajaiban. Aku tahu, tahun ini tidak akan selalu mulus, tetap akan ada naik dan turun, akan ada sedih dan bahagia, akan ada banyak penantian. Namun, apapun itu, aku tahu ada banyak keajaibanNya yang akan aku saksikan.
Happy new year 💕
Langganan:
Postingan (Atom)