Kamis, 01 Februari 2018


Halowww..
Yee sudah 1 tahun perjalanan pernikahanku dengan suamiku tersayang Pak parlin pasaribu.
Hmm..
Sebenarnya sudah lama mau menulis tentang perintilan-perintilan pernikahan kami, Tapi ditulisan pertama ini aku mau nulis alasan kenapa kami memilih menikah diusia muda :)

Aku menikah diusia 24 tahun dan suami diusia 23 tahun, yaa jangan senyum ya hehehe
suamiku memang lebih mudah 8 bulan dariku tetapi jangan salah wajahku masih terlihat lebih muda darinya yai :). Awal kami menikah banyak sekali yang nanya dan sedikit heran kenapa kami menikah muda, ya tentu saja karena kami memang memberi kejutan kepada umum tentang pernikahan kami. Kami memberitahu orang-orang lewat media sosial di awal bulan desember, memberi tahu teman-teman dekat di akhir oktober,padahal pernikahan telah direncanakan oleh pihak keluarga kami di bulan juni. Dan kami berdua tentunya sudah merencanakan sudah sejak lama.
Kami berdua diawal menjalin hubungan sudah memiliki prinsip yang sama bahwa tujuan pacaran adalah pernikahan. Ya pernikahan bukan putus. Jadi harus benar-benar memilih orang yang akan dijadikan pacar. Benar-benar dipersiapkan. ( BACA : bagaiamana awal pertemuan kami?).  Jadilah kami memutuskan menikah di tanggal 07 januari 2017.

Alasan kami menikah muda :


1. Tujuan pacaran adalah pernikahan


Ya seperti yang sudah ku jelaskan sebelumnya, kami punya prinsip tujuan pacaran adalah pernikahan.
Jadi untuk apa berlama-lama pacaran kalau sudah yakin kalau orang yang kita sayangi itu adalah suami kita kelak. Jadi ya aku memantapkan hati, bahwa dia adalah suamiku, begitu juga dengannya.
haaaseek 

2. Keluarga sudah setuju

Nah ini ni..  Tepat di acara wisuda bang parlin,aku dikenalkan kepada keluarganya. Dan yes mereka welcome (puji Tuhan Ya ), dan karena bang parlin emang belum pernah pacaran dan katanya dia ya, dulu dia pernah bilang ke mamanya, "dia ga akan pacaran sampai kuliah", dan kalau dia pacaran, pacarnya itu akan jadi istrinya (yah itu aku hehehhe) dan dia buktikan, Dan yakinlah keluarganya.
Begitu juga dengan keluargaku, karena abang ini cukup baik dan sangat pandai merebut hati semua anggota keluargaku, dari mamak bapak sampe ke opunglah,nantulanglah dan  keluarga besar lainnya. Kok bisa kenal semua? Ya jadi setelah aku wisuda aku mulailah berani mengajak mantan pacarku ini ke acara-acara keluarga, pendekatan gitu, namanya juga udah yakin dia akan jadi suami hehehe

Nah karena kedua belah pihak keluarga sudah setuju jadilah mereka pihak yang mendesak.
Ya sejujurnya aku dan bang parlin merencanakan pernikahan di akhir 2017, tetapi mamak bapak kami sudah menyarankan untuk menikah (faktor usia mereka kali ya heheh). Jadilah kami memajukan jadi awal 2017.

3, Tidak ada alasan untuk kami menunda pernikahan
Ya guys, khawatir pasti ada ya. Namanya masih muda. mau nikah? Hellow??? Ah galau. Galau. Galau.
Iya sih udah direncakan akan menikah, tapi pas diajak nikah tetap aja degdegan. Membayangkan menikah tetap aja kayak arrghh enggak bisa aku bayangkan.
Ya aku khawatir. Aku mau cerita ke teman tapi malu guys. Bagaimana tidak teman-temanku masih jarang ada yang menikah khususnya teman dekatku.
Jadilah aku curhat ke emak-emak 1 gerejaku (aku lumayan punya banyak teman emak-emak). Apa yang aku khawatirkan?
Yang pertama. Dana. Ya finansial. Bagaimana tidak kami berdua guru yang nota bene kere. Kita ulangi KERE. Kere ya bukan kera ehehehe ( krik krik krik)
Nah ada emak-emak cerita tentang pengalaman awal pernikahan mereka, Mamakku juga cerita tentang awal sekali mereka menikah begitu susah dan akhirnya bisa terlewati sampai sekarang puji Tuhan masih baik-baik saja, yang walaupun tidak kaya, paling tidak masih bisa makan hahahha dan punya kami 4 (aku,hendra diah dan febri), mamak-mamak yang lain juga cerita hal yang sama. 
By the way, mamakku langsung kick " Eh kau kok khawatir, kan kau yang sering bilang jangan khawatir, sama mamak, kan ada Tuhan yang jaga". Iya weei bener setelah ini dibilang lepaslah semua ke khawatiranku. Mamak memang number one.
Yang kedua, kalau kere pasti nikahnya gak bisa kayak orang-orang yang super mewah.
hmm.. sebagai wanita dan anak gadis cantik hahahah (maaf yee puji diri) pastilah aku punya impian punya pernikahan bak puteri yang ada di negeri dongeng. Tapi ya gitu aku merenung kembali. Pernikahan itu bukan ajang pamer. Pernikahan itu kudus. Pernikahan adalah komitmen, bukan ceremony 1 hari yang mewah kemudian hambar seumur hidup. Dalam hal ini aku sedang tidak mengatakan pernikahan mewah itu salah atau pernikahan mewah itu akan hambar. Big No. Bukan ya. Tapi lebih kepada "komitmen".
(nanti juga aku akan tulis tentang pernikahan sederhana ala aku ) pernikahan bukan menunjukan gengsi apalagi di adat batak ya. Sinamot bagi anak perempuan is number one. Sinamot seolah menggambarkan status sosial si wanita dan keluarga si wanita. Sampai dulu ada lho yang keceplosan bilang sinamotku kemurahan (buat nyesek dalam hati), Ya sedangkal itu memang. Tapi tidak bisa kita salahkan yaa tapi tidak harus kita ikuti bukan??? Ada orang tidak atau menunda menikah karena sinamot kurang. Ada orang sudah lama sekali pacaran tapi tidak mau menikah karena uang belum cukup menggelar pesta adat yang mewah. Ya itu memang pilihan seseorang. Sampai ada juga yang sempat viral di 2017 yang lalu tentang gagalnya pernikahan karena mertua yang terlalu nyinyir dengan calon parumaennya (menantu) tentang perhiasanya yang setipis sangge-sangge. Ya itulah memang kenyataanya. 
Tak heran kalau ke pesta, sering kali kita mendengar komentar bisik-bisik tentang penampilan si pengantin, mulai dari kain baju pengantinnya,emas yang digunakannya, make upnya, sepatunya sampe ke ulos-ulos yang dikasih keluarga juga dikomentari. Dan mirisnya yang muncul sering komentar negatif. Aku sebagai wanita pastilah juga ingin punya pernikahan yang mewah, tetapi aku berusaha membuang egois dan gengsiku. Untuk sesuatu yang kudus tak perlu gengsi dan kemewahan. Dan aku tidak mau memaksakan sesuatu yang sebenarnya aku tak mampu hanya untuk dipandang wow. apalagi di zaman milenial ini, semua harus instagramable kayaknya, jadi standart pernikahan juga harus wow. Aku harus buang itu. Sulit memang. tapi aku merenung kembali, Tuhan yesus sudah cukup untuk menjadi teladan kesederhanaan bagiku. Dia yang anak Allah saja lahir di kandang domba, apalah aku yang hanya manusia biasa. 
Dan paling penting aku semakin menerima bahwa pernikahan bukan tentang mewahnya acara tetapi tentang komitmen untuk hidup bersama,saling melengkapi dan mengisi didalam kasih kudus, Pernikahan kudus. "Demikianlah mereka bukan lagi dua,melainkan satu. karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia" (matius 19:6)

                                                                                                       

poto nikahan kami LOL

                                                     

2 comments

menurutku itu tidak menikah muda soalnya menurut BKKBN menikah muda ketika kedua pasangan masih berumur belia 18- 21 th dan pemikiran belum matang ditunjukan dari jenjang pendidikanya , namun kakak uda melewati itu

REPLY

hehehe iya dek. benar.
kaka bilang gtu, karena perasaan kakak masih muda hehehe.
dan pada saat menikah itu, kebanyakan teman kakak belum menikah hehehe
terimakash untuk komentar dan masukannya :)

REPLY

Cerita Vera Oktavia . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates