Senin, 12 November 2018


Hampir semua orang yang menikah pasti ingin memiliki keturunan. Sama sepertiku.
Kami sudah menikah hampir 2 tahun, dan belum ada tanda-tanda kehamilanku.

Tulisan ini sudah lama ingin ku buat, tapi aku tak memiliki keberanian, aku terlalu takut memberi tahu pergumulanku. Dan sekarang aku memberanikan diri menuliskannya untuk berbagi. Karena mungkin banyak orang yang merasakan hal yang sama denganku. Dan agar orang yang tak merasakannya tahu apa yang kami rasakan, sekaligus juga untuk meringankan kegelisahanku.

Ok baiklah..

Di awal pernikahan kami tak terlalu memusingkan perihal keturunan. Artinya tak buru-buru tapi tak menunda juga.
Ya sedikasihnya Tuhan aja gitu.

Di awal pernikahan kira-kira sebulan setelah menikah udah ada yang nanya " udah isi? Gimana?".
Jujur aku santai aja sih, dalam hatiku ya wajarlah ditanya namanya juga udah menikah. Berlanjut ke bulan berikutnya makin sering ditanya, bahkan ada yang sengaja chat aku di medsos di Instagram, Facebook dan WhatsApp, khusus untuk mempertanyakan perihal kehamilan. 
Ok aku masih santai menjawabnya. Belum sampai bulan ke 6 pernikahan, Jawabanku masih sekedar "ya doakan ajalah". "Belum nih, doakan ya😊". Kadang pertanyaan ini berlanjut ke saran-saran. Aku sangat-sangat welcome. 
Karena aku juga ga terlalu buru-buru untuk memiliki keturunan, jadi kami merasa baik-baik saja di 6 bulan pernikahan.
Aku juga belum ada "program" apa-apa.

Segala kegundahanku berawal di bulan ketujuh pernikahan. Aku sudah merasa ga enak ditanya-tanya. Sangat tak nyaman. Hampir setiap berjumpa dengan teman lama pasti ditanya. Pertanyaan dari bernada peduli banget sampe yang nyinyir nuduh yang enggak-enggak. Iuuuuh.

Aku juga udah mulai gelisah. "Iya ya, kok aku belum hamil ya?". 
Aku juga udah mulai teringin dan sangat ingin punya baby. Aku sudah mulai galau.
Dan hampir setiap hari menerima pertanyaan "udah isi?" Membuatku semakin galau.

Pernah tuh ada teman yang dengan nada hampir teriak nyamperin "kekmana? Belum bunting kau?". Ooh Tuhan. Mau ku tegur, tapi kawanku, ga ku tegur kok aku sakit hati. Jujur saat itu aku jadi ga mood seharian. Terserah deh judge aku terlalu sensitif atau apalah-apalah. Pertanyaan itu menjijikkan.

Terus ada juga tuh yang suka membanding-bandingkan aku dengan teman yang sedang hamil "si anu udah hamil tuuh, kau kapan?". 
Menanggapi hal-hal begini aku suka pura-pura tegar awalnya.
"Iya doakan aja"
"Doakan aja biar Tuhan kasih ke aku juga"
"Waktu Tuhan bukan waktuku say"
Dari mulai hal yang manis itu sampe yang begini..

"Tanya sama Tuhan aja, hidup mati ditangan Tuhan, gitu juga dengan kehidupan anakku,hanya Tuhan yang tahu"
"Ngapain kamu tanya hal yang diluar kuasaku?"

Aku benar-benar kepikiran dengan pertanyaan-pertanyaan mereka saat itu. Aku terlalu sensitif.

Aku mendiskusikan permasalahanku dengan suamiku. Kami memutuskan untuk pergi ke dokter. Waktu itu usia pernikahan kami 9 bulan. Kata dokter ga ada hal yang bermasalah. Dia juga menyarankan untuk periksa setelah setahun pernikahan aja.
Btw, ternyata biaya untuk ke obgyn mahal ya say. 😭

(Maaf tulisan ini agak random, ditulis berdasarkan isi hati aja jadi maaf kalau alurnya berantakan)

Ok baiklah..
Kami menunda ke dokter lagi.
Tapi kami mulai gaya hidup sehat ala-ala program hamil alami yang disarankan kawan-kawan dan saran Mbah Google.

Aku mulai rajin makan jus 3 diva (apel,tomat dan wortel), makan telur ayam kampung, suami rajin makan kerang, hampir setiap hari makan toge. Mulai kurangin makan micin-micin dan fast food.
Dan itu benar-benar kami jalani. Dan nihil.

Aku mulai sangat-sangat gelisah.
😭
Belum lagi pertanyaan semakin bertubi-tubi.
Aku mulai sangat-sangat sensitif dengan pernyataan "Kapan hamil?" Dan "udah isi?".

Aku mulai ga nyantai jawabnya.
Kalau kamu jadi salah 1 orang yg nanya aku dan ku jawab gak nyantai, yuk lanjut baca lagi yuk. Dan maaf kalau aku pernah seenggak nyantai itu.

Jujur aja, sangking aku malasnya ditanyai perihal kehamilan, aku jadi malas ketemu sama orang-orang. Aku lebih suka dirumah. Yaah.. kamu harus tahu ada banyak hal dampak psikologis yang kami (para pejuang garis dua) alami. Salah satunya malas bersosialisasi.
Aku jadi sangat tidak percaya diri Sampai hari ini aku menulis ini. Itu berdampak pada aku malas ikut acara-acara keluarga dan acara-acara yang isinya kenalan-kenalan lama yang sangat memungkinkan untuk bertanya, Acara-acara yang memungkinkan banyak perempuan yang berpotensi membuatku insecure.
Jadi saat ini aku jujur aja, aku malas bersosialisasi karena yang pertama aku takut ditanya perihal anak, itu membuat aku teringat akan pergumulanku. Seperti yang pernah ku share di Facebook, kalau bertanya "kapan isi?" Sama sekali tidak menolong kami malah semakin membuat kamu down. Artinya itu bukan pertanyaan penanda kepedulian. Dan kalau itu adalah pertanyaan basa-basi, lagi-lagi aku mau bilang itu basi.  Yang kedua karena aku tidak percaya diri melihat kalian para wanita yang mudah sekali untuk punya keturunan.  Ya aku selemah itu. 

Pernah suatu ketika aku sedang di rumah orangtuaku, belanja ke warung, ada seorang Tante bertanya "udah setahun juga kalian ya, kok belum hamil kamu?". It's freak. Aku menjawab dengan sok tegar "itu bukan kuasaku, mari kita tanya Tuhan sama-sama". Aku segera menyelesaikan pembelian, dan langsung kabur. Sampai dirumahaku cerita sama mamak dan suamiku dengan menahan nangis. Setelah itu aku bad mood luar biasa.

Ada banyak pengalaman-pengalaman tentang pertanyaan itu sampai saat ini.
Dan aku sekarang sudah kebal. Sudah tidak terlalu sesensitif dan secengeng dulu. Aku sudah bisa menjawab dengan santai, sesekali aku juga jadi mengedukasi dan memberi tahu mereka bahwa itu tidak harus dipertanyakan tentunya dengan diskusi ringan yang santai ya. 

Seperti beberapa hari yang lalu ada hal yang membuat aku harus ikut acara sosial dengan kenalan lama. Dalam satu acara, hampir 5 orang bertanya dengan gaya pertanyaan yang berbeda.
"Gimana udah cantik?" Kata seorang Nantulang.
Dalam hatiku. Ini jenis pertanyaan yang baru.
"Cantik apa ini Nantulang? Kalau aku dari dulu udah cantiknya" jawabku santai dan narsis sambil senyum-senyum manjaaah.
Dengan menjawab seperti ini tentu dia tahu kalau aku tidak nyaman dengan pertanyaannya. 

Ada lagi yang nanya "gimana ver? Udah ada tanda-tanda?"
Ahaii... Jenis baru lagi nih..
Jawabku "tanda-tanda apa ini say? Tanda-tanda mau ujan? Iya nih udah mendung" sambil ketawa kecil.
Dia juga senyum dan tahu kalau aku tak nyaman.

Ada lagi ada lagi..
"Gimana udah isi?"
"Udah say.. tadi diisi pake sayur bayam dan sambal dencis. Mau?" Jawabku cekikikan 😂

Oia ada lagi yang model begini..
"Apa kabar?" Tapi sambil lihat ke perut.
Ini menurutku paling nyebelin.
"Kabar apa ini Tan? Kabarku baik tan" jawabku santai.
Pernah juga ada yang menjawab lagi "udah hamil? Kok belum juga?".
Aku jawab "aku ga suka dengan pertanyaan itu pung, itu sangat ga pas ditanya". Dan setelah ini biasanya dia akan menjawab "kan wajar ditanya". Ya aku jawab aja "itu ga wajar" disambung dengan alasan kenapa ga wajar. Aku anggap aja dia ga tahu kalau dia sedang salah, tugasku ngasih tahu. Tentunya dengan sopan ya. Seperti waktu itu ternyata dia punya kegelisahan yang sama karena anak perempuannya juga pejuang garis dua. Dan dia stres mikirin anaknya. Ya aku bersyukur dikasih kesempatan mengedukasi dia agar dia tak terlalu stres dan tak terlalu nyinyir  ke anaknya. Jadi ya dia beranggapan kalau anaknya gak terlalu memikirkan perihal kehamilan dikarenakan sikap anaknya yang cuek dan tubuh anaknya yang semakin hari semakin gemuk. Aku kasih tahu "tak ada seorangpun yang tak memikirkan itu, bisa aja anaknya terlihat seolah-olah tidak memikirkan tapi sebenarnya dia sangat terganggu dengan tuntutan-tuntutan yang sebenarnya dia tak berkuasa untuk itu, yang bahkan dia lebih ingin hamil dibandingkan dengan orang-orang yang menuntutnya hamil". Aku kasih tahu semuanya itu karena itu emang yang aku rasakan.

Kadang ya, karena aku terlihat santai dan cuek, orang juga sering anggap aku sengaja menunda kehamilan, aku dibilang KB.
Oh my God.
Apakah aku harus merengut di depan orang.
Jadi aku kan sering tuh post Poto berdua sama suamiku, namanya Poto ya senyum dong biar cantik. Ada yang komentar "jangan keenakan berdua, kapan bertiga ya?" Gemeees aku hahaha.

Tapi yasudahlah mungkin emang banyak orang yang ga tahu kalau itu adalah pertanyaan yang sensitif. Dan disini aku mau bilang. Kami para pejuang garis dua sangat ga nyaman dengan pertanyaan-pertanyaan basa-basi yang basi itu. Itu sama sekali tidak membantu kami, dan stop bertanya atas nama kepedulian. Walau aku tak memungkiri ada beberapa yang emang benar-benar peduli (aku bisa bedakan) tapi lebih banyak yang hanya kepo tak menentu.

Oia kembali lagi ke pengalaman kami.
Setelah setahun menikah kami ke dokter lagi. Jujur sebenarnya kami memaksakan hal ini, karena emang ke obgyn itu mahal.
Kami ke obgyn dengan uang pas-pasan yang artinya akan gantunglah pemeriksaan.
Dan aku ternyata tidak sedang baik-baik saja. Mengetahui bahwa ada yang salah denganku, itu membuat aku semakin down ( untuk memberi tahu ini juga sangat sulit kepada publik, tapi yaah kembali lagi, aku berharap ada hal baik yang bisa diambil). Tentang apa itu akan ada tulisan khususnya.
Hal itu membuat kami harus melakukan pemeriksaan berkelanjutan, tapi ada daya, biaya tak cukup.
Kami memutuskan untuk stop pemeriksaan, dan hanya mempelajari tentang program hamil dari grup chat dan Google. Aku melakukan diet karbohidrat dan gula. Lhaa? Kau kan kurus?. Ya aku kurus dan aku diet karbohidrat dan gula.
Aku sangat bergumul. Sangat bergumul. Apalagi ternyata suamiku juga sedang tidak baik-baik saja. Kami sama-sama memiliki kekurangan.

Nah ini ni kenapa aku ku bilang aku terganggu dengan pertanyaan-pertanyaan itu, karena semakin membuat aku bergumul. siapa juga yang ga pengen hamil, masalahnya aku sedang ada masalah yang ga bisa selesaikan dengan pertanyaan freak itu. Kecuali kamu mau membiayai program hamilku wkwkwk.

Masa-masa itu adalah masa yang sangat sulit. Kira-kira bulan Januari-februari lalu.
Aku diet ketat, aku semakin kurus.
Terus ada lagi ni pertanyaan "kok makin kurus kau? Ga diurus suamimu?"
Body shaming yang menjijikkan.
Dalam hatiku "waktu aku gendut dulu (masa SMA) ada yang bilang gendut ga Pande urus badan, malas, sekarang udh kurus dibilang ga teruruslah, susahlah, menderitalah".

Aku semakin tidak percaya diri untuk bersosialisasi. Aku semakin sensitif. Aku hanya percaya diri jika berkumpul dengan teman-teman mahasiswa. Anak-anak muda. Aku juga malas kumpul keluarga besar.

Sekarang sudah hampir 2 tahun pernikahan, kami belum juga dikaruniai keturunan. Jujur ini masa yang berat. Lah. Aku mau bilang apa. Jujur aku malu sekaligus salut dengan mereka yang menantikan keturunan lebih lama dariku. Aku malu karena terlalu lemah, pasti mereka sangat-sangat sabar dan kuat. Aku salut dengan kesabaran mereka.
Ada banyak kami para pejuang garis dua yang merasakan lebih dari yang aku rasakan ada yang menantikan lebih dari 5 tahun bahkan 10 tahun . Mungkin aku lebih beruntung dari mereka, karena orangtuanya kamu dari kedua belah pihak bukan orangtua yang menekan kami tapi sejauh ini masih suport, terimakasih Mak,pak dan inang mertua. Aku juga punya suami yang selalu sayang dan suport. Memperlakukanku seperti anak. Tapi ada banyak pejuang garis dua diluar sana yang mungkin ditekan oleh keluarga, dituntut oleh mertua, bahkan diancam cerai karena tak punya keturunan.
Zaman sudah modern tapi masih banyak pikiran kita yang kolot. Seolah tak ada harganya wanita yang belum punya anak. Punya atau tak punya anak wanita tetap berharga. Stop mendiskreditkan wanita pejuang garis dua. Kami berhak hidup bahagia.
Tunjukkan kepedulianmu lewat doamu.
Dan stop basa-basi dengan pertanyaan basi. Jangan mempertanyakan hal yang diluar kuasa manusia.
"Kapan nikah?"
"Kapan punya anak?"
"Kapan punya cucu?"
Dll..

Ingat proses setiap orang berbeda-beda.

Teruntuk sahabatku pejuang garis dua, terkadang hidup seperti tidak adil tapi ingatlah semuanya akan baik-baik saja. Kita wanita spesial. Tuhan mau kita punya hati yang lebih sabar. Mungkin Tuhan mau kita punya banyak waktu menikmati masa pacaran dengan suami, punya banyak waktu untuk diri sendiri. Tuhan sedang mempersiapkan sesuatu yang luar biasa dengan cara yang akan mengherankan Kita. Mungkin ga semudah menuliskan ini, tapi aku percaya Tuhan juga sudah mempersiapkan hati yang lebih kuat menjalani ini, menangislah kalau memang menangis bisa menenangkan hatimu. Ceritakan semuanya lewat doamu kepadaNya.

Lagi aku mau katakan proses setiap orang berbeda-beda, mungkin kita bergumul dalam hal menantikan keturunan, tapi orang lain punya pergumulan yang lain yang berbeda dengan kita. Semua dalam porsinya masing-masing.
Mengajak untuk bersyukur dengan yang ada saat ini sepertinya hal yang sangat klise, tapi selain dengan bersyukur tak ada hal lain yang membuat kita menjadi bahagia.
Bersyukurlah  maka kita akan menikmati kebahagiaan yang seutuhnya.

Semangat pejuang garis dua.



Cerita Vera Oktavia . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates