Minggu, 17 Maret 2019


Makin kesini, kita makin sering mengkotak-kotakkan perempuan.
Membagi-baginya dengan label "wanita sempurna" dan "wanita tidak sempurna".

Herman deh, emang ada ya manusia sempurna. Hadeeeh..

Belum punya anak? 
"Belum jadi wanita sempurna kalau belum punya anak"
Ada yang hamil dan melahirkan
"Selamat ya udah jadi wanita seutuhnya"
Emang kalau ga hamil-hamil wanita yang ga sempurna gitu?

Ntar ntar.. bukan mau sesi curhat nih aku si wanita "belum sempurna" masih ada kelanjutannya...

Tunggu dulu, belum sampai situ kesempurnaanmu Marimar...

Lahirannya secar atau normal bun?
Ooh sesar ya?
Sayang banget ya, belum merasakan jadi wanita yang sempurna.  
Kok sesar sih Bun? Boros amat sih, ga kuat ngeden ya? Ga semvurnaah Bun.. belum jadi wanita seutuhnya..

Belum selesai juga Marimar...
Lanjut..

Asi atau sufor Bun? 
Apa? ASI bunda ga lancar? Sufor dong? Duuh Bun, kasian anaknya, belum jadi wanita seutuhnya dong Bun kalau gitu..
Ntar anaknya kurus dong.. kasian anaknya Bun, kurang gizi, bunda sih ASI-nya ga lancar. Aku dong semvurnaaaah..

Masih ngantor Bun?
Eh tahu ga sih Bun, kita itu harus kasih perhatian 24 jam ke anak Bun, masak tega sih ninggalin anak di rumah sama bibik. 
Ibu sempurna itu yang full time mommy lho Bun..

Apa? Bunda ga sempat masak? Bunda sih sibuk banget, kerja mulu. Ibu dan istri yang sempurna itu yang bangun pagi-pagi siapkan makanan untuk suami dan anak Bun, bukan yang caetring kayak bunda, makanya Bun, jadi istri yang sempurna itu adalah full time mommy Bun. Masak bunda sarjana rela anaknya diasuh perempuan tamat SMP sih..

Hadeeeh...
Banyak lagi lah pokoknya pengkotak-kotakan ini..
Eiitsss... Tunggu ya, aku ga bilang kalau ibu yang lahiran normal, ASI eksklusif, full time mommy, dan mommy yang jago masak jadi ga lebih baik dari yang sebaliknya, bukan, bukan.

Coba deh mari kita bayangkan mom, siapa sih yang suka dikatain ga sempurna? Ya emang ga ada manusia yang sempurna, tapi ga usah mengkotak-kotakkan manusia sempurna dan ga sempurna dong.

Apakah yang belum punya anak jadi wanita ga sempurna karena belum atau tidak punya anak? Dia lho udah usaha untuk hamil, tapi kan hamil dan tidak hamil tetap kuasa penuh dari Sang Pencipta Hidup. Masak langsung bilang ga sempurna?

Terus, mom yang lahir sesar.
Walaupun aku belum pernah melahirkan, tapi dengan kemudahan akses informasi sekarang, aku tahu kok melahirkan operasi sama berjuangnya dengan lahiran normal. Aku rasa melahirkan normal dan operasi sama-sama punya kelebihan dan kekurangan, dan ketika mom memilih salah satu dari keduanya adalah dengan pertimbangan yang matang tentu dengan masing-masing kondisi pula.  Ada banyak mom yang lahiran operasi karena emang sangat beresiko untuk lahiran normal. Tentu keduanya adalah baik untuk masing-masing kondisi ibu.
So ga ada yang bisa kita kotak-kotak jadi si sempurna dan si tidak sempurna.

Ga sampe disitu aja, setelah melahirkan ada aja pertanyaan tentang  ASI atau sufor. Biasanya yang ASI ga lancar akan dikasih petuah-petuah, ya gak apa sih kalau petuah itu masih dalam ranah sopan dan ga nyinyir. Kadang ada aja yang ngegas "ah kamu aja yang manja, kasian lho bayinya dikasih sufor, belum semvurnaah dong kalau ga bisa kasih ASI".
Padahal ya si ibu yang baru lahiran juga sudah sadar kalau bayinya kasian dikasih sufor, malah kita bilang-bilang lagi, ya dia makin tertekan lah, ini bisa menyebabkan baby blues lho katanya. Padahal agar ASI lancar ga boleh stres. Hadeeeh..
Kita yang menjenguk malah suka menekan si ibu yang baru lahiran.
(Ini hasil aku baca dan dengar syurhatan).

Working mom dan full time mom juga..
Sering banget kan dengar perbandingan kedua kubu ini? Padahal ketika memutuskan untuk jadi salah satu diantaranya pasti dengan banyak pertimbangan, dengan mudahnya kita bilang lebih sempurna uang uni dibandingkan yang itu.
Kita ga tahu lho Bun, pertimbangan si working mom. Bisa aja keluarga mereka emang lagi sangat butuh dana jadi suami istri harus bekerja. Dan bisa karena emang ada kerjaan yang ga bisa ditinggalin. Tentunya ketika memilih jadi working mom, sudah dipertimbangkan dengan baik. Toh ada daycare, bisa cari baby sister, bisa dititip, dll. Semuanya pasti butuh pengorbanan. Pasti ada drama juga Bun. Drama pergi kerja dan anak nangis-nangis minta ikut, drama di kerjaan teringat anak, dll.
(Duh aku sok tahu banget yaak , belum punya anak juga wkwkwk)

Full time mom juga sering dapat nyinyiran kan? "Sayang banget ijazahnya", "percuma kuliah tinggi-tinggi toh jadi ibu rumah tangga", dll. Apaan.. full time mommy pasti punya banyak pertimbangan kok dengan segala keputusannya. Ada banyak pengorbanan dan drama tentunya dalam memilih keputusan. Yang dulunya sibuk bekerja, sekarang di rumah all the day.
Artinya bun, keduanya ga untuk dikotak-kotakkan juga. Semuanya punya pertimbangan masing-masing pasti. Dan yang terbaik akan dipilih sesuai dengan kondisi masing-masing. So stoplah bilang ini sempurna dan itu ga sempurna.

Mom yang sempat masak untuk keluarga dan mom yang ga sempat atau yang ga bisa masak juga. Iya sih kita masih di Indonesia, dimana wanita menikah biasanya dituntut untuk bisa masak. Tapi ada lho yang emang ga sempat masak karena emang kondisinya begitu. Bisa karena kerjaan sehingga jadi ga sempat masak, dan bisa karena emang ga suka masak, sama seperti ada orang yang ga suka nyuci. Dan ketika memilih untuk tidak masak, pasti ada cara yang dipilih untuk tetap memenuhi kebutuhan makan keluarga. Apalagi sekarang zaman udah canggih, jasa caetring ada banyak, aplikasi delivery food juga banyak. Kembali lagi semuanya sudah diperhitungkan.
Hanya karena kamu rajin dan suka masak untuk keluarga, bukan berarti harus menjatuhkan mom yang ga suka masak.
Sama seperti mom yang punya dana lebih dan bisa pake nanny atau jasa caetring, ga berarti harus menjatuhkan mom yang suka masak untuk anggota keluarga.
Emang iya, masak sendiri dirumah pasti lebih hemat dan sehat, aku setuju ini karena aku juga masak sendiri dirumah, tapi balik lagi, setiap orang punya pilihan. Don't judge. Lagian sekarang sudah ada kok jasa catering yang no micin-micin club. Tapi untuk yang kayak aku sobatmissqueen yang harus hemat uang belanja, dan yang ga super sibuk-sibuk ya masak adalah koentji untuk menghemat uang belanja.

Tapi intinya sih, Ayolah ga usah bilang mana sempurna dan mana yang tidak sempurna.

Ga perlu juga kita mengelompokkan manusia berdasarkan kesempurnaannya. Kita lupa ga ada manusia yang sempurna.

Kata-kata kita bisa menyakiti hati orang lain lho. Siapa yang tahu ada yang sedang bergumul dengan pilihannya, belum berdamai dengan pilihannya yang sulit, atau belum berdamai dengan jalan hidupnya, belum berdamai dengan keadaan, eh, kita datang malah menjatuhkan. Itu sulit. Beneran.
Ayolah mulai belajar mengeluarkan kata-kata yang membangun. Kata-kata yang mendukung.  Dan berhenti membandingkan.

Yang jelas apapun pilihan dan keputusan yang diambil pasti adalah yang terbaik untuk keluarga, udah dipikirin matang-matanglah.

Dan yang paling harus kita ingat, kita ga bisa menyenangkan semua orang. Untuk segala yang kita lakukan, pasti ada aja yang ga suka. Jadi do your best aja Bun. Kita yang tahu siapa kita. Kit perlu belajar tutuo telinga untuk komentar-komentar negatif. Semangaaaaaaaaaaaaatttttttttt mom.

***
Mom, aku belum mengalami moment-moment diatas mom, dari mulai lahiran sampe menyusui, karena emang belum pernah mengalami, aku kan belum hamil hehehe cerita-cerita itu dari hasil baca syurhatan mom yang lain, tergeraklah hati ini untuk buat tulisan ini.


Cerita Vera Oktavia . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates