Sabtu, 29 Agustus 2020

     Eitsss..... 
Jangan ngebatin dulu baca judulnya, baca sampai habis ya !!

    Waktu itu aku dan suamiku menikah di usia 24 tahun, suamiku bahkan masih 23 tahun. Memang ini tidak muda bagi sebagian orang dan menurut menurut undang-undang , usia kami menikah tergolong sudah sangat boleh untuk menikah karena usia perkawinan itu berada di umur 19 tahun. Namun, bagiku secara pribadi itu masih tergolong muda. Pada waktu itu bahkan masih sedikit teman seusiaku yang menikah. Namun, aku dan suamiku sudah merasa pantas dan mampu melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan.

Eiits....
 Tulisan ini ditulis untuk teman-teman yang sedang berpikir melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan. Tapi, Tunggu dulu, tulisan ini juga bukan tulisan untuk mengajak kalian menikah muda ya. Tidak. Tidak. Sekali lagi, Tidak.
Pokoknya simak baik-baik dah tulisan ini sampe abis (Maksa hahaha)
Hmm..untuk yang sudah menikah juga boleh deeeng hehehe, tapi ingat ya, tulisan ini bukan untuk menggurui. Aku menulis ini semata untuk berbagi pengalaman.

Aku mau cerita pengalaman kami menikah di usia yang tergolong masih muda karena belum di tahap yang mapan. Saat itu,alasan kami memilih untuk menikah muda karena merasa sudah mendapatkan pasangan yang pas. Sudah merasa sangat cocok dan memang dari awal berpacaran kami sudah menyatukan prinsip bahwa tujuan kami berpacaran adalah menikah, keluarga kami sudah setuju dan ya tidak ada alasan untuk kami menunda pernikahan semua mendukung, semua setuju. Pernah aku tulis di sini.

Apakah aku menyesal menikah muda? Tidak. Apakah semua berjalan mulus? Tentulah TIDAK. Apakah menikah itu menyenangkan? Tentulah menyenangkan apabila menikah dengan orang yang tepat. Apakah pernikahan itu bahagia? Tentu ada suka dan dukanya. 

Menikah adalah menyatukan dua jiwa, dua hati, dua karakter, dua keluarga, dua prinsip, dua isi kepala yang berbeda dengan sebuah komitmen yang harus dijaga seumur hidup. Jadi, tentulah dalam setiap pernikahan pasti ada masalahnya. Namanya menyatukan dua orang yang berbeda. Tidak ada yang adem ayem. Santai kayak di pantai. Yaah itulah hidup.

Nah, pertanyaannya. Apakah kamu yakin bisa melewati itu dengan calon pasanganmu? Apakah kamu siap melewati setiap permasalahan itu dengan orang yang saat ini jadi pacarmu atau dengan orang yang dengannya kamu akan hidup bersama, berdiskusi, menyelesaikan masalah dan membangun rumah tangga? Nah, ini yang harus selalu direnungkan. Pernikahan tidak semenyenangkan dan tak seindah foto prawedding yang berseliweran di instagrammu. Pernikahan tidak se-aestetik video sinematik karya videografer ternama. Jadi, plis sebelum menikah coba renungkan pertanyaan di atas.

Aku akan menceritakan pengalamanku menikah. (Ah elah Ve, dari tadi katanya mau cerita tapi malah suruh kami berpikir hahaha). 
Pernikahan kami sudah jalan tahun ke-4. Menurut pengalaman kami, tahun pertama dan kedua pernikahan kami adalah masa-masa paling sulit (dan perlu diingat pengalaman setiap orang berbeda ya). Masa-masa itu adalah masa di mana kami belajar untuk mengesampingkan ego. Masa-masa di mana kami belajar untuk terus belajar mengomunikasikan sesuatu dengan baik. Masa-masa di mana kami sering sekali bertengkar. Masa di mana kami harus survive karena masalah finansial. Nah, ini dia risiko dan tantangan menikah muda, BELUM MAPAN dan belum banyak belajar dari pengalaman. Apalagi waktu itu tidak banyak yang berbagi pengalaman kepadaku (Untuk itulah aku sharing di sini). Masa itu adalah masa di mana kami banyak gagal. Aku pernah cerita di sini . Perlu diketahui juga bahwa masalah setiap rumah tangga berbeda-beda.

Tahun 2018 adalah tahun yang sulit bagiku dan suamiku.  Sulit, tetapi banyak mengajarkanku pelajaran kehidupan. Banyak sekali membentuk aku dan suamiku. Belajar ilmu ikhlas, belajar mengalah, belajar berkomunikasi, belajar menjadi tenang dan banyak lagi. Dan itu tidaklah instan.

Tahun 2019 adalah turning point kehidupanku dan benar memang hingga sampai saat ini aku dan suamiku semakin jarang bertengkar dan beradu mulut. Hari ke hari aku semakin belajar mengenalnya, dia pun begitu, kami terus saling mencintai dan belajar untuk terus begitu. Apakah masalah kami tidak ada sehingga kami tidak pernah bertengkar lagi? Oh tentu tidak. Namanya pernikahan tentulah ada masalah di dalamnya. Bedanya adalah dulu kalau ada masalah, diributkan, saling menyalahkan, berkomunikasi dengan nada tinggi dan sulit mengalah sehingga titik temu sulit ditemukan. Saat ini ketika ada masalah, kami belajar untuk mengomunikasikannya dengan baik, fokus ke solusi, belajar untuk tenang dan lebih tahu bagaimana harus bersikap saat ada pihak yang sedang tidak dalam kondisi yang baik.

Aku dan suamiku banyak belajar dari dua tahun awal pernikahan kami. Kami menyadari bahwa 2 jiwa ini tidak akan pernah bisa cocok, tetapi 2 jiwa ini bisa belajar saling mengkapi, bisa belajar saling memahami dan menerima perbedaan, dan akan terus belajar seumur hidup. Tuhan sedang membentuk kami. Dua anak muda yang memasuki dunia baru sedang diajar dan diuji untuk naik level. Dua anak muda sedang diajar bahwa pernikahan itu tidak mudah. Pernikahan itu bukan sedang bermain peran dalam permainan rumah-rumahan. Pernikahan tidak seindah foto prawedding. Pernikahan tidak hanya tentang sukacita. Di dalamnya pasti ada suka dan duka, ada ribut dan rukun, ada masalah dari luar dan dari dalam. Semua tergantung bagaimana kedua belah pihak menyikapinya. Itulah kenapa penting bagi kita untuk benar-benar dalam memilih pasangan hidup karena resikonya seumur hidup karena tentu tidak ada pasangan menikah yang merencanakan perceraikan.

Tidak terbayangkan olehku, bagaimana kehidupanku apabila menikah dengan orang yang salah. Bagaimana aku harus melewati masa sulit pernikahan dengan orang yang tidak bisa diajak berdiskusi. Bagaimana aku melewati kehidupan dengan orang yang tidak sevisi denganku atau dengan orang yang tidak mau belajar dari pengalaman dan yang selalu saja saling menyalahkan. Poin ini menjadi sebuah renungan untuk aku dan suamiku dalam bersyukur untuk saling memiliki dan saling mengasihi hingga saat ini. 

Kembali ke pertanyaan di atas. Dengan semua masalah di atas, apakah aku menyesal menikah? lagi aku menjawab tentu TIDAK. 
Apakah aku mengajak kalian menikah muda ? Tentu tidak. Aku tidak mengajak kalian, tetapi aku mau bilang ini:

 Teruntuk kamu hai temanku yang sedang berpikir ke jenjang pernikahan dan temanku yang saat ini sudah menikah dan sedang mengalami masa yang sulit, peluk jauh untuk semuanya. Pernikahan itu bukan main rumah-rumahan. Ada yang berperan sebagai istri yang tampak cantik dan manis di rumah menyajikan makanan enak, ada peran sebagai suami yang bekerja membawa uang yang banyak. Menikah itu komitmen. Menikah bukan tentang menikah muda dan menikah tua, bukan tentang cepat dan lama. Menikah itu tentang KESIAPAN. Kamu siap? Yakin? Lanjutkan. Ketika kamu juga sudah menyatakan SIAP, apakah kamu sudah merenungkan perjalanan yang tidak mulus? SIAP? Ketika kamu menyatakan SIAP artinya kamu siap untuk segala kondisi. Janji pernikahan bukan hanya sebuah kalimat mutiara romantis formalitas semata (Saat aku menulis ini, aku juga sedang berkata pada diriku sendiri). Itu adalah ikrar dan komitmen. Siap untuk selalu setia, siap dalam keadaan punya dan tidak punya uang, siap dalam sehat dan sakit, siap mencari solusi apabila ada masalah, siap menurunkan ego saat keadaan mulai memanas, siap bekerja lebih keras untuk mencukupi kebutuhan keluarga, siap untuk belajar mengenal pasangan seumur hidup. Siap untuk mengasihi walapun tersakiti. Siap untuk memaafkan.

Saat aku menulis ini, aku juga sedang berkata pada diriku sendiri, sedang merenungkan perjalanan pernikahan kami dan merenungkan kebaikan Tuhan. Suatu hari tulisan ini akan menjadi pengingat buat kami saat sedang melewati masa sulit lagi. Usia pernikahan kami masihlah muda dibandingkan yang lain. Namun, usia pernikahan bukanlah penghalang untuk aku berbagi cerita. Aku tidak sedang menggurui hanya berbagi sedikit pengalaman dan pikiran.  Aku berharap tulisan ini berguna untuk kamu yang membaca. 

Cerita Vera Oktavia . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates